Laman

Sabtu, 23 Agustus 2014

Dari salon plus sampai “akuarium”: Warna suram Seturan-Babarsari Yogyakarta

sumber : http://soloraya.com/2014/05/06/dari-salon-plus-sampai-akuarium-warna-suram-seturan-babarsari/

Salah satu tempat yang dianggap “surga” bagi sementara wisatawan domestik maupun mancanegara di Yogyakarta adalah kawasan Seturan-Babarsari. Sebagai sebuah permukiman, kawasan ini telah menghadapi banyak hantaman pembangunan fisik yang menyebabkan berkurangnya lahan terbuka serta menurunnya kualitas air.
Namun efek yang lebih parah adalah pada munculnya persoalan sosial sebagaimana terjadi di kota-kota metropolis lainnya. Berikut ini adalah laporan H JH Kusmargana di krjogja.com pada awal Februari 2014.
Simak laporan selengkapnya:
Tak hanya memunculkan konflik sosial dan masalah lingkungan seperti berkurangnya lahan terbuka serta menurunnya kualitas air karena derasnya arus pembangunan, kawasan Seturan-Babarsari juga menyimpan persoalan lain sebagaimana terjadi di kota-kota metropolis lainnya. Salah satunya terkait urusan seks.
Salah satu ruko di kawasan Babarsari-Seturan (JH Kusmargana/krjogja.com)
Salah satu ruko di kawasan Babarsari-Seturan (JH Kusmargana/krjogja.com)
Sudah bukan rahasia lagi, pertumbuhan yang begitu pesat pada sebuah kawasan dengan tingkat migrasi penduduk yang sangat tinggi, akan selalu diikuti dengan peningkatan kebutuhan hidup bagi setiap penduduknya. Kebutuhan hidup itu tentu tak hanya soal urusan makan atau tempat tinggal saja, melainkan juga soal urusan seks.
Bagi penikmat dunia ini, kawasan Seturan-Babarsari memang sudah dianggap seperti surga di Yogya. Kawasan ini menyediakan beragam layanan seks yang dapat dengan mudah ditemukan. Mulai layanan kelas ecek-ecek, hingga layanan seks yang profesional.
Dari penelusuran yang dilakukan, ditemukan beberapa tempat prostitusi yang terdapat di kawasan Seturan-Babarsari, baik yang dilakukan secara terang-terangan, melalui tempat-tempat prostitusi terselubung atau tertutup sama sekali.
Salah satunya yang sudah sangat terkenal adalah salon plus-plus. Berkedok jasa layanan kecantikan, perawatan rambut dan perawatan tubuh seperti massage (pijat) dan spa, puluhan salon yang menempati ruko Babarsari banyak yang bisa memberikan layanan seks di tempat.
Sepintas, salon-salon ini memang nampak seperti salon pada umumnya. Namun, dengan membayar uang lebih, para lelaki hidung belang akan dapat memperoleh layanan plus plus dari para kapster yang ada di salon tersebut.
Begitu memasuki salon, tamu dapat langsung memilih kapster yang biasanya sedang duduk-duduk di sofa melalui seorang mucikari atau germo. Setelah sepakat soal harga dengan si kapster tersebut, kita akan dibawa pada sebuah ruangan kecil bersekat kayu dan tirai dengan tempat tidur di tengahnya sebagai tempat melakukan beraktivitas.
“Tarifnya rata-rata berkisar antara Rp 200 ribu – Rp 350 ribu sekali pake. Itu tergantung nego dan oke-tidaknya si kapster. Untuk kapsternya sendiri rata-rata sudah setengah tua, meski kadang ada juga yang masih muda,” ujar salah seorang lelaki hidung belang yang kerap menikmati layanan seks di salon-salon tersebut, sebut saja Tupar.
Bahkan kalau anda ingin potong rambut di sana, jangan kaget kalau ditolak secara halus dan diarahkan untuk perawatan tubuh. Karena kadang di tempat tersebut memang tidak ada gunting rambut. “Maaf kapster yang bisa memotong tidak datang, perawatan saja ya mas,” begitu rayuan seorang kapster ketika ada yang ingin potong rambut.
Kalau tamu sudah oke melakukan perawatan, maka akan ditawarkan jenis-jenis perawatan, mulai pijat sampai berbagai paket spa. Pokoknya tinggal pilih. Nah, di sela-sela perawatan tersebut kapster akan menawarkan perawatan lain yang hot, apakah dengan tangan, mungkin juga dengan mulut, atau dengan bagian tubuh lainnya.
Meski demikain, ada juga salon di kawasan ruko Babarsari dan Seturan yang lurus-lurus saja, alias tidak ada layanan plus.
“Akuarium wanita”
Selain di salon plus-plus, layanan seks di kawasan Seturan-Babarsari juga bisa didapatkan melalui tempat-tempat penampungan atau ‘akuarium’ yang terdapat di kawasan ini. ‘Akuarium’ merupakan istilah untuk tempat penampungan atau lokasi yang menyediakan wanita-wanita pekerja seks.
Suasana malam di Seturan-Babarsari
Suasana malam di Seturan-Babarsari – (krjogja.com)
Tak seperti salon plus-plus, ‘akuarium’ secara khusus memang hanya mendisplai wanita pekerja seks, sehingga tidak ada kegiatan lain sebagai penyamar aktivitas. ‘Akuarium’ ini sepintas terlihat seperti rumah biasa dan terletak di lokasi yang sedikit tersembunyi sehingga tak banyak diketahui masyarakat biasa.
Sebagai penanda bagi para lelaki hidung belang, biasanya para mucikari atau germo yang memiliki ‘akuarium’ menandai keberadaan mereka dengan menghidupkan lampu berwarna hijau di depan lokasi pada malam harinya.
“Di sana (akuarium-red) kita tidak bisa melakukan hubungan seksual. Jadi kalau mau main kita harus membawa cewek itu ke hotel. Tarifnya rata-rata Rp 200.000 – Rp 300.000 dengan cewek rata-rata sudah cukup tua antara usia 29-35,” ujarnya.
Lain salon plus-plus dan ‘akuarium’, ada pula layanan seks di kawasan Seturan-Babarsari yang sedikit lebih tersembunyi. Memanfaatkan tempat kos eksklusif maupun penginapan seperti guest house. Para pekerja seks di tempat ini biasanya bekerja secara individu atau tanpa melalui mucikari/germo.
Mereka biasa mencari mangsa lewat jejaring sosial media serta layanan chating di internet. Ada beberapa wanita pekerja seks yang berada di satu kokasi kos di sekitar kawasan Seturan-Babarsari ini.
Dengan rata-rata usia mereka yang masih muda berkisar antara 20-27 tahun, para wanita ini lebih banyak menjaring pelanggan dari kalangan mahasiswa. Mereka dapat dengan mudah ditemui pada layanan chating internet dengan nickname yang menggoda.
Para wanita ini biasanya akan mencantumkan data diri, foto, tarif kencan, nomor HP serta lokasi kos/penginapan sebagai tempat melakukan transaksi. Soal tarif berkisar antara Rp 350.000 – Rp 450.000.
Selain yang telah disebutkan di atas, kawasan Seturan-Babarsari juga menyimpan banyak wanita penghibur kelas atas atau high class. Mereka tersebar di sejumlah tempat karaoke maupun diskotik, sehingga cukup sulit dikenali. Tak sedikit dari mereka adalah para LC (Lady Companion) atau pendamping karaoke, model majalah, SPG, mahasiswa, hingga anak SMA.
Dengan usia rata-rata yang masih sangat muda, para wanita penghibur high class ini memang memiliki kelas tersendiri sehingga tarifnya pun tentu jauh lebih mahal. Mereka pun juga hanya dapat diajak kencan di hotel-hotel mewah.
Dengan begitu, hanya para lelaki hidung belang berkantong tebal yang telah memiliki koneksi dengan orang-orang ketiga saja yang dapat menggunakan layanan mereka. Orang-ketiga atau joki tersebutlah yang bertugas menghubungkan antara si wanita dengan lelaki hidung belang.
Tak sedikit dari orang-ketiga ini adalah para sopir taksi ataupun security tempat-tempat hiburan seperti karaoke atau diskotik. Salah seorang sopir taksi, sebut saja Dony, mengaku memiliki koneksi dan dapat mencarikan wanita-wanita kelas atas tersebut.
Ia mengaku sedikitnya memiliki 10 kontak wanita mulai dari SPG, model, mahasiswa hingga anak SMA. Tarifnya berkisar antara Rp 1,5 juta – Rp 4,5 juta sekali kencan. Ia mengaku akan mendapat tips sekian ratus ribu rupiah dari si wanita jika mampu mencarikan mereka tamu.
“Kebanyakan yang minta dicarikan itu adalah tamu-tamu hotel dari luar kota yang sedang menginap di Yogya. Biasanya yang mereka cari itu ya yang bodynya semok, putih dan susunya besar,” ujarnya sambil tertawa.
Dony menceritakan, biasanya ia akan menjemput si wanita untuk diantarkan ke hotel tempat si lelaki hidung belang menginap. Jika si lelaki membatalkan kencan karena tidak sesuai selera, mereka pun harus membayar Rp 200.000 – Rp 300.000 sebagai pengganti make-up.
Namun jika pesanan itu sesuai, Dony kemudian akan menunggu hingga si wanita dan lelaki hidung belang itu selesai melakukan ‘pertempuran’. Begitu selesai, ia pun lalu akan mengantar si wanita kembali ke kos mereka sembari mendapat komisi.
“Tidak semua cewek ini bisa diajak kencan sewaktu-waktu. Mereka kadang menolak tamu jika lagi punya banyak duit. Maklum lah karena bagi mereka ini kan hanya sambilan. Mereka juga banyak yang masih bekerja sebagai SPG, model, atau mahasiswa,” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar